Dukung Deva kirim ke 6288 dengan format AAB DEVA

Kamis, 11 November 2010

Akhirnya Mak Uyek, Mendampingi Deva


Deva
Deva
Deva Ananda Arjunkhan peserta  Aksi Anak Bangsa (AAB) RCTI, tadi pagi melakukan perjalanan ke Jakarta. Keberangkatan Deva untuk mengikuti babak eliminasi AAB 14 besar diantar oleh Roman alias Ambon. Ibu Deva Ny. Urifiyati alias Mak Uyek ikut serta. Hanya saja Mak Uyek tidak satu pesawat dengan Deva yang tentu atas biaya RCTI.  Terus naik apa Mak….???
Mak Uyek naik kereta api dari Stasiun Wonokromo diantar Heru, salah seorang tetangga. Lho kemarin katanya mak nggak punya duit untuk ngantar, sekarang kok bisa berangkat. Emang duit dari mana mak…? Sekedar tahu saja, mak Uyek dapat duit dari seorang dermawan yang baik hati. Dermawan tersebut bernama Don Rosano, seorang pengusaha sukses di kota Surabaya. Don langsung tanggap begitu ada yang memberikan informasi bahwa ada warga Surabaya yang mempunyai potensi, tapi tidak ada biaya untuk mendukung potensi tersebut.

Rabu, 10 November 2010

BOCAH PUNYA BAKAT BUTUH BANTUAN

Deva Ananda Arjunkhan
Tak mempunyai ongkos berangkat ke Jakarta, peserta Aksi Anak Bangsa RCTI terancam gugur. Nasib kurang mengenakkan tersebut dialami Deva Ananda Arjunkhan. Bocah tujuh tahun yang tinggal di sepanjang rel Kereta Api Jetis, Wonokromo itu tidak mau berangkat ke Jakarta, Rabu (3/11) jika ibu...nya tidak ikut serta. Padahal prestasi yang akan diraih Deva tinggal didepan mata. Deva yang kesehariannya mengamen dalam bus kota bersama ibunya ini, tinggal menyingkirkan 14 finalis lainnya.

Ny. Urifiyati, ibu Deva, mengharapkan anaknya tidak boleh gagal. Tapi apa boleh buat dia tidak punya ongkos untuk berangkat ke Jakarta. Sebelumnya Deva memang sudah pernah ke Jakarta satu kali dan berhasil lolOs.Tapi sampai ditujuan anak tersebut selalu menangis. "Dia sudah ke Jakarta sama Rohman (pendamping Deva). Tapi disana nangis dan selalu minta pulang, "kata Ny. Urifiyati ibu kandung Deva.

Lurah Tambak Bayan Dukung Warga

Lurah Moch. Amin















Warga Tambak Bayan akan terus berjuang mempertahankan hak atas tanah yang dimiliki turun temurun. Tekad tersebut dibuktikan dengan dukungan Lurah Alun-alun Contong Moch. Amin dalam sebuah acara Solidaritas untuk Warga Tambak Bayan malam ini (9/11). Menurut Amin dirinya bersama warga akan melakukan perlawanan terhadap S...etyadji Yudho, jika pengusaha Hotel V3 dan Oval ini tetap tidak kooperatif terhadap kemauan warga.

Bahkan Amin menilai Setyadji Yudho alias Loe Tun Bi, tak ubahnya penjajah yang menginjak-injak warga. "Kita harus melawan Tum Bi (Setyadji Yudha). Dia telah memperlakukan kita tidak manusiawi. Tun Bi adalah penjajah yang harus kita lawan bersama, "kata Amin dalam sambutannya yang mendapatkan aplous dari warga.

BPN Tak Kunjung Tiba, Warga Tambak Bayan Marah

Lurah Moch. Amien dan perwakilan Warga
Perlawanan warga Tambak Bayan terhadap Setyaji Yudho, pengusaha dan pemilik Hotel Vini Vidi Vici (V3) terus dilakukan. Kali ini warga menggelar solidaritas warga Tambak Bayan. Acara yang akn berlngsung nanti malam, pukul 19.30 tersebut menghadirkan, Fitradjaja Purnama, dedengkot aktivis 98 yang selama concern pada persoalan tanah untuk rakyat, juga ada Binky Irawan tokoh agama dan Sahabat Gus Dur (alm).

Tak ketinggalan pula warga juga menghadirkan Wiek Hariyatmo tokoh masyarakat Surabaya dan Budayawan. "Mereka akan memberikan spirit pada warga, supaya jangan sampai menyerah dalam memperjuangkan tanahnya yang dirampas oleh Loe Tun Bi (Setyaji Yudho), "kata Dr. Dany Sumanjaya Koordinator warga.

Dalam perkara ini warga sudah dimenangkan dalam tingkat Pengadilan Negeri Surabaya. Namun pada tingkat Pengadilan Tinggi warga kalah dan oleh pihak Setyaji, warga harus menyerah dengan dibuktikan kepemilikan Sertifikat Hak Guna Bangunan. "Darimana Tun Bi dengan mudahnya punya tiga serfikat, kalau tidak ada permainan cukong tingkat elit, "imbuh Dany.

Kamis, 29 Juli 2010

Menyusun Revolusi Indonesia

Berjuang Demi Republik. (Repro)
Sebegini jauh rakyat Indonesia melangkah,
tak juga menemui bentuk dan arah yang jelas dalam bernegara.
kita seakan tak mengerti,
sedang melakukan apa dan mau melangkah kemana,
cenderung sendiri-sendiri dan tak memiliki titik temu satu dengan yang lain.
seolah tak ada bedanya ada atau tidak ada negara.

Kita pernah benar-benar berdaulat,
saat awal merdeka dan memiliki negara sendiri,
yang bebas dari kekuasaan negara lain, tapi tak cukup lama.
kepemimpinan nasional terpecah dan
rakyat terbelah-belah dalam panji-panji ideologi.